Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala Tewfik Dan HidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sebagai suatu kegiatan mahasiswa dalam menyusun konstruksi berpikir baru pada konsep pendekatan motode, teknik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, Dan pengendalian program pembelajaran.
Kemudian sholawat Dan salam tak lupa pula penyusun haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, sahabat serta kerabat beliau hingga kita bisa menemukan nikmat Iman Dan Islam sampai saat ini.
Kami menyadari sepenuhnya dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan, terutama kepada Bapak Dr. Dakir, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan, maupun dari rekanan mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Palangka Raya.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita sekalian serta semoga apa yang telah kami susun ini mendapa Ridho Allah Swt. Aamiin Yaa Rabbal `alamiin.
Palangka Raya, Oktober 2018
Penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan, Batasan, dan Metodologi
Pendidikan adalah
komuditas pokok peradaban satu bangsa, pendidikan yang dimaksud tentu
pendidikan yang berorientasi pada pengembangan suber daya manusia. Pada praktiknya,
pendidikan harus memiliki manajemen yang terstrukrur dan sistematis agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam proses manjemen,
terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer, yaitu:
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling).[1] Dalam
proses manajermen ada komponen yang harus bersinergi antara satu dengan yang lain,
saling melangkapi setiap unsurnya. Kegiatan tersebut dimulai dengan perencanaan
yang bagus, pemilihan metode yang pas, pengorganisasian, pelaksanaan yang
sesuai dengan prosedur, dan pengendalian (evaluasi) yang sistematis.
Dengan berbagai
pendapat yang coba dihadirkan pada makalah kali ini, penyusun mendoba
mengkompromikan teori yang telah ada dengan mencocokkan realitas di lapangan,
dengan harapan bahwa akan dihasilkan kombinasi yang pas untuk diterapkan pada
kegiatan pembelajaran saat ini.
Makalah ini secara
singkat menyajikan bagaimana perencanaan itu disusun, metode pembelajaran ditetapkan
beserta ragamnya, pelaksanaan kegiatan yang terstruktur, serta pengendalian
atau evaluasi dijabarkan. Tujuan makalah ini adalah mengkonstruksikan konsep
baru dalam hal perencanaan, penetapan metode, pelaksanaannya, dan
pengevaluasian yang sesuai dengan keadaan saat ini.
Sementara makalah ini
akan kami batasi pada kerangka konsep, dan beberapa contoh-contoh perencanaan,
pemilihan metode, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengevaluasian
pembelajaran. Sedangkan hal-hal yang tidak tercantum pada uraian masalah di
atas tidak kami sajikan pada makalah ini. Untuk metodologi penulisan makalah
ini menggunakan metode kepustakaan Kemudian dikaji dengan cara mengumpulkan dan
menghubungkan berbagai teori yang Akhirnya akan menghadirkan konsep baru dan
konstruksi pemikiran kami sebagai Pemakalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teknik Perencanaan
Di dalam merancang suatu lingkungan organisasi
pendidikan yang memungkinkan terjadinya kerja sama anggota kelompok secara
efektif, maka tugas yang sangat esensial adalah berusaha membatasi tujuan dan
sasaran yang akan dicapai, metode kerja serta kepan suatu kegiatan
dilaksanakan. Jika kelompok diharapkan dapat bekerja secara efektif, maka para
anggota kelompok itu sendiri harus mengetahui tugas-tugas apa yang mesti mereka
kerjakan. Di sinilah letak fungsi perencanaan sebagai dasar fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Dikatakan sebagai dasar, karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Bahkan perencanaan memerikan gambaran menyeluruh tentang
elternatif tindakan yang akan diambil oleh organisasi dan seksi-seksinya.
1.
Pengertian
perencanaan
Perencanaan
pada hakikatnya adalah aktivitas pengambilan keputusan tentang sasaran (objectives)
apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka mencapai
tujuan atau sasaran tersebut dan siapa yang akan melakasanakan tugas-tugas
tesebut.
Sebagaimana
halnya fungsi-fungsi manajemen lainnya, istilah perencanaan (Planning)
juga mempunyai bermacam batasan sesuai dengan perndapat para ahli manajemen.
George R. Terry misalanya pernah menulis dalam bukuanya, “Principle of
Management” bahwa perencanaan tidak lain adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha mengubungkan antara fakta satu dengan fakta lainnya;
kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan
untuk masa yang akan datang yang sekirannya diperlukan untuk mencapai hasil
yang dikehendaki.
Dengan
nada yang agak berbeda W. H. Newman melukiskan istilah perencanaan tersebut
sebagai pengambilan keputusan pendahuluan mengenai apa yang harus diekrjakan
dan merupakan langkah-langkah sebelum kegiatan dilakukan (Planning is
deciding in advance what is to be done).
Koontz,
dengan kawan-kawan dalm buku “Management” memberikan batasan perencanaan sebagai proses
pengambilan keputusan yang melibatkan aktivitas penetapan alternatif tindakan yang harus dilakukan
organisasi maupun segala seksinya (Planning
is decicion making; it involves selecting the coursesof action that a
company or other enterprise, and every department of it, will follow.[2]
2
|
C.A.
Anderson dan M.J Bowman dalam bukunya “Teoritical Considerations in
Education Planning” berpendapat: Perencanaan adalah proses mempersiapkan
seperangkat putusan bagi perbuatan di masa datang.
Stoner dan
Freeman mengartikan, perencanaan adalah proses penetapan tujuan dan pemilihan
tindakan-tindakan yang sesuai untuk mencapau tujuan tersebut.
George R. Terry mengatakan, “Planning
is the selecting and ralating of fact and the macing and using of assumption
regarding the future in the visualization and formulation of the proposed
activity believed necessary to achieve desired goal”.[3]
Secara garis besar beberapa pegertian tersebut sudah dapat kita
ambil beberapa kesimpulan sebagai pokok pengertian tentang “ Perencanaan”
yakni:
a.
Pada dasarnya
perencanaan merupakan suatu proses kegiatan pemikiran yang sistematis mengenai
apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode,
pelaksaa (tenaga) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
pencapaian tujuan. Semua aspek ini dirumuskan secara rasional dan logis.
b.
Kegiatan
perencanaan membutuhkan data yang obyektif dan riel, agar perumusan yang
dilakukan pada sub a di atas berjalan secara logis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
c.
Pada dasarnya
perencanaan merupakan suatu keputusan yang berisi pola perbuatan, menggambarkan
di muka hal-hal yang akan dikerjakan
kemudian.
Tegasnya, bahwa
perencanaan berorientasi ke depan, dengan bertumpu pada situasi dan kondisi
masa lampau dan masa kini.[4]
Purwanto dkk
mengemukakan beberapa persyaratan perencanaan yang baik, yaitu:
1)
Perencanaan
harus didasarkan atas tujuan yang jelas
2)
Bersifat
sederhana, realistis dan praktir
3)
Terperinci, memuat
segala uraian dan tindakan, sehingga mudah dipedomani dan dijalankan
4)
Memiliki
fleksibelitas, sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi dan
situasi sewaktu-waktu
5)
Terdapat
perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap dalam perencanaan
itu menurut urgensinya masing-masing
6)
Diusahakan
adanya penghematan tenaga, biaya dan waktu serta kemungkinan penggunaan sumber
daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya
7)
Diuasahakan
agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksanaan.
Tanpa adanya
perencanaan, administrator sekolah tidak dapat mengetahui bagaimana dia harus
berbuat untuk mengorganisasikan sumber-sumber yang ada baik unsur manusia,
material, immaterial maupun unsur finansial. Dan tidak akan dapat memimpin sekolah
dengan yakin dan mengharap orang lain untuk mengikutinya. Lebih dari itu, dia
tidak dapat mengetahui secara pasti dimana dan kapan harus memulai
aktivitasnya.[5]
Pada akhirnya perencanaan pembelajaran itu menyangkut penetepan
tujuan dan memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan merupakan
fungsi sentral dari administrasi pembelajaran dan harus berorientasi ke masa
depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran,
guru sebagai pilihan menuju tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer
pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola
berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk
mencapai tujuan proses pembelajaran yang telah ditetapkan.[6]
2.
Batasan
Perencanaan
Dengan
mempertimbangkan beberapa definisi di atas, kita dapat merangkaikan sebuah
pengertian khusus untuk dunia pendidika yakni: Perencanaan pendidikan pada
hakikatnya tidak lain daripada proses pemikiran yang sistematis, analisis yang
rasional mengenai apa yang akan dilakukanm bagaimana melakukannya, siapa
pelaksanannya, dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan lebih efektif dan efisien, sehingga proses pendidikan itu dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.
Unsur-unsur perencanaan
Atas
dasar pengertian perencanaan pada umumnya dan khususnya “perencanaan
pendidikan”, kita dapat mengelompokkan beberapa unsur vital bagi perencanaan
pendidikan, yakni:
a.
Rasional
Suatu
perencanaan pendidikan harus dibuat dengan pemikiran yang rasional, yang
didukung oleh pelaksanaan proes perencanaan secara metodologis. Ia harus
dikerjakan dengan penuh pertimbangan konkret, bukan berdasar pada khayalan dan
angan-angan belaka. Karena perncanaan pendidikan diharapkan nantinya dapat
memberikan sejumlah alternatif tindakan pengembangan pendidikan secara “aplicable”.
b.
Estimasi
Dasar daripada perncanaan yang baik adalah penganalisaan data dan
fakta-fakta sebenarnya, yang dapat memberikan tingkat “estimate” yang
meyakinkan bagi proes pengembangan pendidikan, dalam menuju ke status
pengambangan pendidikan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Untuk itu,
proses perencanaan pendidikan membutuhkan sejumlah data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
c.
Preparasi
Perencanaan pendidikan yang dilakukan adalah sebagai persiapan dan
patokan untuk tindakan yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan
pendidikan. Jadi, perencanaan pendidikan tidak dibuat hanya untuk disimpan
saja.
d.
Efisiensi dan
efektivitas
Dalam perencanaan pendidikan itu yang sangat menonjol adalah adanya
pemanfaatan sumber-sumber secara efisien dalam rangka pelaksanaan pendidikan
semaksimal mungkin. Begitu pula untuk peningkatan efektivitasnya, pengembangan
pendidikan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan anak didik,
serta menghubungkan dengan tingkat perkembangan ekonomi yang berlaku.
e.
Opersional
Perencanaan pendidika adalah untuk dilaksanakan ataupun untuk
keperluan tindakan-tindakan kemudian dan seterusnya; bukan untuk pekerjaan yang
telah lalu. Jelasnya perencanaan pendidikan dibuat untuk tindakan memajukan
pendidikan di masa yang akan datang ataupun sekarang. Ia harus dapat memberikan
gambaran tentang hal-hal yang akan dikerjakan kelak, guna peningkatan mutu
pendidikan.[7]
4.
Siklus
Perencanaan
Siklus di sini
diartikan sebagai suatu proses berlangsungnya perencanaan pendidikan yang
berulang. Tahapan hirarki yang harus dilalui sebagai langkah-langkah dalam
pelaksaan perencanaan pendidikan dilaksanakan secara beradur. Ada sebelas
langkah yang harus dilalui proses perencanaan pendidikan.
Langkah ke-1
(Pengumpulan dan pengolahan data/informasi)
Pada langkah
ini kegiatan pokoknya adalah kompilasi data pendidikan, pengorganisasian data,
menyusun indikator-indikator yang diperlukan, menghimpun hasil penelitian serta
evaluasi dan monitoring rencana dan program yang lalu. Data dan informasi yang
diperlukan dalam perencanaan pendidikan adalah:
a.
Data dari luar
sistem pendidikan
1.
Informasi
perencanaan makro bidang ekonomi, alokasi sumber pembiayaan, persyaratan tenaga
kerja
2.
Data
kependudukan
3.
Data tentang
tradisi, nilai sosial, dan kesadaran politik
4.
Data tentang
infra struktur yang ada kaitannya dengan perencanaan pendidikan.
b.
Data dari dalam
sistem pendidikan
1.
Jumlah murid
per propinsi menurut area dan jenis kelamin
2.
Jumlah kelas
dan jenis sekolah
3.
Keadaan tenaga
pengajar dan tenaga administrasi
4.
Jumlah dan
jenis fasilitas
5.
Standar biaya
per daerah
6.
Keadaan
lingkungan.[8]
B. Pendekatan Metode
1. Pengertian Metode
Pembelajaran
Metode
pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara
individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan
memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan
lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat
yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. Metode
yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar
siswa.
b. Metode
yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
c. Metode
yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan
hasil karya.
d. Metode
yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
e. Metode
yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode
yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari.[9]
2.
Kedudukan Metode Dalam Belajar
Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang
melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru
tinggalkan adalah bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Dan analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode
sebagai alat motivasi extrinsic, sebagai strategi pengajaran dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
3.
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Memilih berbagai metode yang tepat untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang menarik. Ketepatan penggunaan metode
mengajar tersebut sangat tergantung kepada tujuan, isi, proses belajar
mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat
digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam
jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan dalam kelas atau diluar kelas.
Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa metode mengajar.
a. Metode Ceramah
Sudah sejak lama ceramah digunakan oleh
para guru dengan alasan keterbatasan waktu dan buku teks. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan menganggap metode ceramah sebagai metode belajar-mengajar
yang mudah digunakan. Kecenderungan ini bertentangan dengan kenyataan bahwa
tidak setiap guru dapat menggunakan metode ceramah dengan benar. Metode ceramah
bergantung kepada kualitas personalities guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap,
prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru dalam memberi
penjelasan: yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
Metode ceramah adalah suatu cara
mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru
kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan
metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir
untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan
tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.[10]
Dari definisi metode ceramah diatas,
dapat kiranya kita mendefinisikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk
interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan
secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
Berdasarkan
definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika guru akan menjadi pusat atau titik
tumpuan keberhasilan metode ceramah. Lalu lintas pembicaraan atau komunikasi
hanya searah yakni dari guru ke para siswa. Akibat dari adanya kenyataan ini,
adalah:
1) Guru-guru
haruslah memiliki keterampilan menjelaskan (explaining skills), dan
2) Guru
memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu instruksional yang tepat
dan potensi untuk meningkatkan ceramah.
Kesimpulan
dari kajian terhadap berbagai studi tentang metode ceramah, yakni:
1) Metode
ceramah sesuai digunakan bila:
a)
Tujuan dasar pengajaran adalah
menyampaikan informasi baru,
b)
Isi pelajaran langka, misalnya penemuan
baru,
c)
Isi pelajaran harus diorganisasikan dan
disajikan dalam sebuah cara khusus untuk kelompok tertentu,
d)
Membangkitkan minat terhadap mata
pelajaran,
e)
Isi pelajaran tidak diperlukan untuk
diingat dalam waktu yang lama,
f)
Untuk mengantar penggunaan metode
mengajar yang lain dan pengarahan penyelesaian tugas-tugas belajar.
2) Metode
ceramah tidak sesuai digunakan bila:
a) Tujuan
pengajaran bukan tujuan perolehan informasi,
b) Isi
pelajaran perlu diingat dalam jangka waktu yang lama,
c) Isi
pelajaran kompleks, rinci, atau abstrak,
3) Segi
positif metode ceramah:
a) Dalam
waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.
b) Organisasi
kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokkan murid-murid
seperti pada metode yang lain.
c) Guru
dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup besar.
d) Apabila
penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi yang konstruktif,
yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan.
4) Segi
kekurangan (negatif):
a) Guru
sukar untuk mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan yang diberikan.
b) Kadang-kadang
guru sangat mengejar disampaikannya bahan yang sebanyak-banyaknya, sehingga
hanya menjadi bersifat pemompaan.
c) Pendengar
cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan malahan kurang tepat dalam
mengambil kesimpulan, sebab guru menyampaikan bahan-bahan tersebut dengan lisan.
d) Apabila
penceramah tidak memperhatikan segi-segi psychologies dan didaktis dari anak
didik, ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan membosankan. Sebaliknya guru
dapat terlalu berlebih-lebihan berusaha membangkitkan minat siswa.[11]
b. Metode Diskusi
Diskusi merupakan istilah yang sudah
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita mendengar
percakapan seperti dibawah ini :
”Kalau
ada masalah, mari kita diskusikan bersama” atau ”segala sesuatunya akan dapat
kita selesaikan dengan baik, bila semuanya kita diskusikan permasalahannya.”
Dari
percakapan tersebut, mendapat gambaran bahwa diskusi merupakan pembicaraan
antara dua orang atau lebih untuk mencarikan suatu masalah.
Walaupun telah sering kita dengar
istilah diskusi dalam kehidupan sehari-hari, belum cukup kiranya untuk memahami
metode diskusi dalam kegiatan belajar-mengajar. Apakah pengertian metode
diskusi dalam kegiatan belajar-mengajar? Apakah tujuan metode diskusi, terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan diuraikan dan diulas secara berturut-turut
berikut ini.
1) Pengertian
metode diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok
untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan
bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga
seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau
kesimpulan.[12]
c. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
1)
Kelebihan
dan kekurangan metode eksperimen Kelebihan
metode eksperimen yaitu:
a)
Membuat
siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
b)
Dalam
membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c)
Hasil-hasil
percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
2)
Kekurangan
metode eksperimen yaitu:
a)
Metode
ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.
b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.
c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau
pengendalian.[13]
d.
Metode Demonstrasi
Metode
pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau
seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
e.
Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran
yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan
dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a.
Metode
ceramah plus tanya jawab dan tugas
b.
Metode
ceramah plus diskusi dan tugas
c.
Metode
ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
f.
Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi
adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan
kalimat sendiri.
g.
Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya
wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu
objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan
dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi
oleh pendidik.
h.
Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan ketrampilan (drill
method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan
keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung
ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini
bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
i.
Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah
suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing
mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator.
Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian
lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team
pendidik tersebut.
j.
Peer
Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama
teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
k.
Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving
(metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
l. Project Method
Project Method (metode perancangan) adalah suatu
metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan
diteliti sebagai obyek kajian.
m. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan
menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi
dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya
n.
Metode Global (ganze
method)
Metode
Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan
materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil inti
sari dari materi tersebut.[14]
C.
Pengorganisasian
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa: “Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan
tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan
pengorganisasian: “… as the act of planning and implementing organization
structure. It is the process of arranging people and physical resources to
carry out plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana
yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting
untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus
jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Ernest Dale seperti dikutip oleh Nanang Fattah
mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu: (a) pemerincian
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b)
pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat
dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis.[15]
Pengorganisasian adalah suatu proses pengaturan dan
pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya di kalangan anggota sehingga
mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Kepala sekolah harus
dapat mempunyai kemampuan menentukan jenis program yang dibutuhkan dan mengorganisasikan
semua potensi yang dimilikiuntuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
sekolah harus dapat membimbing, menatur, mempengaruhi, menggerakkkan,
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas kependidikan di lembaga sekolah agar
berjalan teratur, penuh kerjasama.[16]
Meliputi kegiatan-kegiatan membentuk atau mengadakan
struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk baru; dan menetapkan garis
hubungan kerja antara struktur yang ada dengan struktur baru, merumuskan
komunikasi dan hubungan-hubungan, menciptakan deskripsi kedudukan dan menyusun
kualifikasi tiap kedudukan yang menunjuk apakah rencana dapat dilaksanakan oleh
organisasi yang ada atau diperlukan orang lain yang mempunyai keterampilan
khusus.[17]
Menurut
Uno (2012:45) strategi mengorganisasi isi pembelajaran disebut sebagai
struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur,
dan prinsip yang berkaitan. Sequencing mengacu
pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa
keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, atau prinsip yang terkandung dalam
suatu bidang studi.
Strategi
pengorganisasian pembelajaran sebagai suatu pendekatan menyeluruh oleh
Romiszowski (Miarso, 2009: 530) dibedakan menjadi dua strategi dasar, yaitu ekspositori (penjelasan) dan diskoveri (penemuan). Kedua strategi itu
dapat dipandang sebagai dua ujung yang berlawanan dalam suatu kontinum
strategi. Di antara kedua ujung strategi itu terdapat sejumlah strategi lain.[18]
D. Fungsi
Pelaksanaan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan
bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para
anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan terdiri dari staffing dan motivating.
Pada tahap staffing bertujuan untuk menentukan keperluan-keperluan
sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga
kerja. Sedangkan pada tahap motivating kegiatan ini mengarahkan atau
menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuan-tujuan.[19]
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating)
ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu
jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh
problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas
tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan
antarteman dalam organisasi tersebut harmonis.
Dalam rangka pencapaian tujuan ada lima kombinasi
fungsi fundamental yang paling umum. Kombinasi tersebut dibaca dari atas ke
bawah akan terlihat A terdiri dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), memberi dorongan (actuating), dan
pengawasan (controlling). B terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
memberi motivasi (motivating), dan pengawasan. C terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, staffing, memberi pengarahan (directing) dan
pengawasan. D terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, staffing, memberi
pengarahan, pengawasan, inovasi dan memberi peranan. E terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, memberi motivasi, pengawasan, dan koordinasi.[20]
E. Pengendalian
Pengendalian (controlling) merupakan suatu faktor
penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada perencanaan
pengorganisasian, dan pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif
dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari
sasaran-sasaran atau target yang direncanakan. Setiap pengorganisasian, oleh
karena itu harus memiliki sistem pengawasan (pengendalian).[21]
Beberapa
para ahli mengemukakan pengertian pengendalian diantaranya yaitu:
Earl P. Strong
Controlling is the process of
regulating the various factor in an enterprise according to the requirement of
its plans.
“Pengendalian adalah proses pengaturan
berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan
ketetapan-ketetapan dalam rencana.”
Harold Koontz
Control is the measurement and
correction of the performance of subordinates in order to make sure that
enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished.”Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan
terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.”
G.R. Terry
Contolling
can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that
is the standard, what is being accomplished, that is the performance,
evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that
performance takes place according to plans, that is in conformity with the
standard.
“Pengendalian dapat didefinisikan ssebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.”[22]
“Pengendalian dapat didefinisikan ssebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.”[22]
Robert J. Mockler
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapakan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan.[23]
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan.[23]
Pengendalian dalam arti lain ialah kegiatan memantau, menilai dan
melaporkan kemajuan proyek disertai tindak lanjut.[24]
Suharsimi Arikunto
Definisi tentang Pengawasan (controlling) adalah usaha
pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja,
khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam melaksanakan
tugas mencapai tujuan. Kegaiatan pengawasan sering juga disebut kontrol,
penilaian, monitoring dan supervisi.[25]
Jadi evaluasi pendidikan
adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan pendidikan. Penilaian dalam pendidikan
berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang
berkaitan dengan dunia pendidikan.[26]
Evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam
hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. “Evaluation is prosess
whice determines the extent to whice objectives have been achieved” (Cross,1973:5) artinya Evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.[27] Devinisi ini menerangkan evaluasi juga
merupakan proses memahami, memberi, mendapatkan dan mengomunikasikan suatu
informasi bagi keperluan pengambil keputusan.
Pendidikan
adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk memelihara, membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia agar ia dapat memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki. Sebagai suatu proses pendidikan bertujuan untuk
menimbulkan perubahan-perubahan peserta didik. Proses
pendidikan tidak terlepas dari beberapa komponen yang mendukungnya, dan salah
satu komponen yang urgent adalah penilaian atau evaluasi.[28]
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan dan fungsi evaluasi adalah berfungsi
selektif, berfungsi diagnostik, berfungsi sebagai penempatan dan berfungsi
sebagai pengukur keberhasilan. Suharsimi Arikunto mengajukan tiga istilah dalam
pembahasan evaluasi yaitu, pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pengukuran (measurement)
adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat
kuantitatif. Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk penilaian ini bersifat kualitatif, sedangkan evaluasi mencakup
pengukuran dan penilaian.[29]
Pada zaman modern ini,
observasi digunakan sebagai instrumen pengukuran kemampuan kerja seseorang dan
dilengkapi dengan catatan-catatan yang diperlukan. Menurut Anas Sudjono, secara
umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan.[30] “Standar kinerja guru itu berhubungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa
secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan
media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan
(5) kepemimpinan yang aktif dari guru”.
Tujuan evaluasi
pendidikan menurut Nana Sudjana mempunyai fungsi sebagai berikut:
1.
Mendiskripsikan
kecakapan belajar para siswa, termasuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa
dalam belajar.
2.
Mengetahui keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
3.
Menentukan tindak
lanjut hasil penilaian, perbaikan dan penyempurnaan setrategi program
pembelajaran.
4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.[31]
F.
Ruang Lingkup Pengendalian
Ruang lingkup pengendalian berkaitan dengan cakupan objek
evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua
hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi
pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran ditinjau dari berbagai perspektif,
yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar, dan
kompetensi.
Hal ini
dimaksudkan agar
para pendidik betul-betul dapat
membedakan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian hasil belajar sehingga
tidak terjadi kekeliruan atau tumpang tindih dalam penggunaannya.
1. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran
dalam perspektif Domain Hasil Belajar.
Menurut
Benyamin S. Bloom hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam tiga domain, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi bebarapa jenjang kemampuan.
Mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang komplek, mulai dari hal
yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang kongkrit
sampai dengan hal yang abstrak.
a. Domain kognitif
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,
prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension) yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi
pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
3) Penerapan (application) yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara atau
metode umum dalam situasi baru yang kongkrit.
4) Analisis yaitu
jenjang kemampuan menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau
keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentukannya.
5) Sintesis yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
6) Evaluasi yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi,
keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain Afektif.
Yaitu
internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila
pesreta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil
sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan
tingkah laku.
1) Kemampuan
menerima (receiving)
2) Kemampuan
menanggapi/menjawab (responding)
3) Menilai.
4) Organisasi (Organization) kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah
membentuk suatu sistem
nilai.
c. Domain
Psikomotorik,
Yaitu kemampuan
peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya. Mulai
dari gerakan yang sederhana sampai denggan gerakan yang kompleks.
2. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.
a. Program
pembelajaran
b. Proses
Pelaksanaan pembelajaran
c. Hasil
Pembelajaran
3. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Pembelajaran.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu,
input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai
kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala
unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu; guru, media dan bahan
belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan
output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan materi, metode, media sumber
belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.[32]
Selain itu tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalam proses
pembelajaran. Melalui evaluasi
akan
diperoleh informasi tentang apa
yang
telah dicapai dan mana yang belum.
Secara umum, evaluasi sebagai suatu
tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:[33]
a) Mengukur kemajuan
b) Penunjang penyusunan rencana
c) Memperbaiki atau melakukan
penyempurnaan kembali
Jika dilihat dari fungsi diatas
setidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi , yaitu:
a) Hasil evaluasi yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi itu ternyata mengembirakan, sehingga dapat memberikan rasa
lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai
dengan yang direncanakan.
b) Hasil evaluasi itu ternyata tidak
mengembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa berdsar hasil
evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan, hambatan, atau kendala,
sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu memikirkan dan
melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah disusun, atau mengubah
dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil evaluasi itu
selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan lebih
sesuai dengan keadaan dan keperluan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
fungsi evaluasi itu memiliki fungsi: menunjang penyusunan rencana.
Jika ditinjau dari segi sistem pendidikan, maka
fungsi evaluasi ada beberapa hal, yaitu;
a)
Fungsi
selektif
Kegiatan evaluasi merupakan cara yang dapat
dilakukan untuk mengadakan seleksi yang bertujuan untuk:
1) Memilih
siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
2) Memilih
siswa yang dapat menerima beasiswa
3) Memilih
siswa yang dapat naik ke kelas berikutnya
b)
Fungsi
diagnostik
Kegiatan
evaluasi merupakan cara yang dilakukan untuk mendiagnosa siswa tentang
kelebihan dan kekurangannya. Dengan dasar tersebut guru akan lebih mudah
mencari cara untuk mengatasinya.
c)
Fungsi
penempatan
Penempatan
siswa dalam kelompok sesuai bakat dan kemampuannya harus didasarkan atas hasil
evaluasi. Dengan alat dan tenik evaluasi yang tepat maka dapat penempatan siswa
juga tepat.
d)
Fungsi
pengukur keberhasilan.
Keberhasilan
suatu program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu guru, kurikulum, sarana
prasarana, pendekatan/ metode pembelajaran, dll. Untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan harus dilakukan evaluasi.
4.
Jenis-jenis
Evaluasi Pembelajaran
Dilihat dari fungsinya,
Evaluasi terdiri atas beberapa
macam, yaitu:
a.
Evaluasi
formatif adalah Evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir program belajar
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu
sendiri. Evaluasi formatif berorientasi pada proses, yang akan memberikan
informasi kepada guru apakah program atau proses belajar mengajar masih perlu
diperbaiki.
b.
Evaluasi
sumatif adalah Evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir unit program misalnya, Evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir caturwulan, akhir semester atau akhir tahun. Tujuan Evaluasi ini adalah
untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh siswa
telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Evaluasi ini
berorientasi pada produk atau hasil.
c.
Evaluasi
diagnostik adalah Evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor
penyebabnya. Pelaksanaan Evaluasi semacam ini biasanya bertujuan untuk
keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-lain.
d.
Evaluasi
selektif adalah Evaluasi yang
dilaksanakan dalam rangka menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa untuk
mewakili sekolah dalam lomba-lomba tertentu termasuk jenis Evaluasi selektif.
Untuk kepentingan yang lebih luas Evaluasi
selektif misalnya, seleksi penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam rekrutmen
tenaga kerja.
e.
Evaluasi
penempatan adalah Evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu
program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum
memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain Evaluasi ini
berorientasi pada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan
program belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa.
Sedangkan
evaluasi berdasarkan pengukurannya ada dua jenis, yaitu: Tes dan Non-tes.
a.
Tes
merupakan alat atau teknik penilaian yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu oleh
guru. Adapun jenis-jenis tes adalah
b.
Non-tes adalah alat evaluasi yang biasa untuk menilai
aspek tingkah laku termasuk sikap,
minat, dan motivasi. Adapun jenis-jenis
non-tes sebagai alat evaluasi adalah:
1) Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu
situasi tertentu.
2) Wawancara adalah komunikasi antara yang
mewawancarai dan yang diwawancarai.
3) Penilaian
produk adalah bentuk penilaian yang digunakan untuk melihat kemampuan
siswa dalam menghasilkan suatu karya tertentu.
4) Penilaian
portopolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses
pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisir yang
dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau
perkembengan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap siswa
terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.[34]
5.
Prinsip-prinsip
Evaluasi Pembelajaran
Dalam melakukan
evaluasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa prinsip berikut:[35]
a.
Prinsip integralitas.
Prinsip
ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran merupakan proses
yang terintegrasi. Melalui proses tersebut diharapkan sejumlah kemampuan akan
tertanam di dalam pribadi siswa. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud meliputi
penanaman konsep-konsep intelektual, pembentukan keterampilan, penanaman sikap
dan nilai, pengembangan proses berpikir kritis, dan penyesuaian fisik, emosional
dan sosial.
b.
Prinsip kontinuitas.
Proses
pembelajaran merupakan proses yang kontinyu, yaitu berlangsung terus menerus
hingga pada akhirnya akan mencapai kompetensi yang diharapkan. Setiap tahapan
proses bukan merupakan proses yang berdiri sendiri, namun saling ada
keterkaitan antara satu tahapan proses dengan tahapan proses yang lain. Melalui
kegiatan evaluasi secara bertahap diharapkan akan dapat diketahui tahapan
ketercapaian setiap kompetensi. Dengan demikian evaluasi dilakukan sebagai
sarana untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan pengalaman belajar.
c.
Prinsip objektivitas
Hasil
evaluasi yang terkumpul harus dapat ditafsirkan secara jelas dan tegas.
Perkembangan kompentensi sebagai hasil belajar seseorang dapat diketahui dengan
cara membandingkan dengan kompetensi sebelumnya. Dengan demikian perkembangan
kompetensi siswa secara nyata dapat diketahui. Untuk mengintepretasi hasil
akhir dapat diteliti hubungan antara
rentetan skor yang diperoleh selama berlangsungnya proses evaluasi serta
mmberikan makna dari setiap skor yang diperoleh. Rentetan skor yang diperoleh
siswa dalam kegiatan evaluasi tidak dapat begitu saja dirata-rata.
6.
Kegunaan
Evaluasi Pembelajaran
Menurut
M. Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurrohman menyebutkan kegunaan evaluasi adalah:[36]
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai
oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
b.
Untuk mengetahui
posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
c.
Sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
d.
Bahan
pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
e.
Membuat
diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik.
f.
Bahan
pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.
g.
Mengetahui
efisiensi metode mengajar yang digunakan.
h.
Memberikan
laporan kepada murid dan orang tua.
i.
Mengetahui
efektifitas cara belajar dan mengajar, apakah yang telah dilakukan guru
benar-benar tepat atau tidak baik yang berkenaan dengan sikap guru maupun sikap
murid.
Pada akhirnya evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan”.
Melalui
evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang apa yang telah dicapai dan
mana yang belum dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan dan
peningkatan suatu program. Evaluasi adalah proses memperoleh, menyajikan, dan
menggambarkan informasi yang berguna untuk menilai suatu alternatif pengambilan
keputusan.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegeiatan yang sistematis berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) berbagai
komponen pembelajaran berbadasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai
bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran
adalah suatu kegiatan terstruktur yang memadukan unsur perencanaan, penetapan
metode yang tepat, pengorganisasian dengan pemenuhan permintaan komponen
strateginya, pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada rancangan
perencanaan, serta evaluasi kontinyu sebagai bagian dari rangkain perbaikan
proses pembelajaran. Sebagai konsep dasar perencanaan adalah penetuan tujuan
awal, dan pada bagian metode dengan mencocokkan karakter materi, karakter
peserta didik dan karakter lingkungan (budaya). Pada bagian pengorganisasian,
menentukan siapa pelaksana, kelompok materi, dan hubungan antar materi.
Komponen pelaksanaan itu sendiri adalah bagian penting untuk menterjemahkan
tujuan pada materi kepada peserta didik, dan pengendalian atau evaluasi menjadi
kunci tindakan yang akan diambil selanjutnya dalam rangkan perbaikan system
pembelajaran.
B. Implikasi Teoritik dan Praktis
Dengan
terpadunya konsep perencanaan, metode, orgasisasi, pelaksanaan, dan
pengendalian pembelajaran dapat membangun sebuah orientasi yang jelas di dalam
proses pembelajaran. Praktis, bagi segenap tenaga pendidikan atau kependidikan
yang berhubungan langsung pada prosesnya akan menjadi komitmen bersama dalam
memperbaiki proses pembelajaran yang baik, efektif, serta berkesinambungan dalam
mutu.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan islam Departemen Agama RI, 2009
Arikunto, Suharsimi,
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara, 2001
-------------------------,
Manajemen Pendidikan., Yogyakarta:
Aditya Media F. Ilmu Pendidikan UNY, 2008
Atmodiwirio,
Subagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya Jaya, 2001
Burhanuddin,
Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara, 1994
Danim, Sudarwan dan Suparno, Manajemen
dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Fathurrohman,
Pupuh dan M. Sobry, Sutekno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT
Refika Aditama, 2010
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen
Dasar, Pengertian, dan Masalah , Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Hayati, Mardia, Desain Pembelajara,
Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2014
Hisyam, Zaini, "Strategi Pembelajaran Aktif di Perguran
Tinggi", Yogyakarta: PT.CTSD, 2002
Kuslin,
Thomas dan Asrori, Christanto Syam, Pengembangan
strategi pengorganisasian pembelajaran pendidikan agama katolik untuk membentuk
sikap toleransi antaragama siswa, Jurnal UNTAN, FKIP Universitas
Tanjungpura, Pontianak, 2018
Ladjid, Hafni,
Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Quantum
Teaching, 2005
Mulyasa,
E. dan Taufiq Dahlan, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta:
Depag RI, 2003
Nanang, Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
N.K, Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2001
Sabri, Ahmad,
Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta : Quantum
teaching, 2005
Sanjaya, Wina, Pembelajaran
Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2005
Sudijono,
Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996
Sudjana,
Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992
Sudrajat, Ahmad, Pendekatan SrategiMetode tehnik dan Model Pembelajaran. diunggalahhttps://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, online 12 Oktober 2018.
Sukiswa, Iwa, Dasar-Dasar Umum
Manajemen Pendidikan, Bandung: Tarsito, 1986
Sulistyorini,
Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan,Yogyakarta: TERAS, 2009
Tayar,
Yusuf, dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Terry,
George R. dan Leslie W. Rule, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Bumi
Aksara, 2012
-------------------.,
Guide to Menagement (Prinsip-prinsip Manajemen), terj. J. Smith
D.E.M Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Utomo,
Tjipto dan Ruljter, Peningkatan dan
Pengembangan Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1985
Yaqin,
Husnul, Kapita Selekta Administrasi Manajemen Pendidikan, Banjarmasin: Antasari Press, 2011
Yasin, A.Fatah, "Dimensi-dimensi Pendidikan Islam", Malang:
UIN PRESS, 2008
[1] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004, h.1
[2] Burhanuddin,
Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara, 1994, h.167
[3]
Husnul Yaqin, Kapita Selekta Administrasi Manajemen Pendidikan, Banjarmasin: Antasari Press, 2011, h. 78.
[4]
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
, 1994, h.168
[5]
Husnul Yaqin, Kapita Selekta Administrasi Manajemen Pendidikan, 2011, h. 79.
[6] E. Mulyasa dan Taufiq Dahlan, Pedoman
Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta: Depag RI, 2003, h. 42
[8]
Subagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya
Jaya, 2001, h. 83-84.
[9] Ahmad
Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta :
Quantum teaching, 2005, h. 52-53
[10] Hafni
Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Quantum
Teaching, 2005, h. 121
[11] Tjipto Utomo dan Ruljter, Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan,Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1985, h. 196-197.
[12] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching,
Jakarta: Quantum Teaching, 2005, h. 56
[14] Ahmad Sudrajat, Pendekatan SrategiMetode tehnik dan Model Pembelajaran. diunggalahhttps://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, online 12 Oktober 2018.
[16] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen
dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, Jakarta: Rineka Cipta,
2009, hlm. 9.
[18] Thomas Kuslin,
H.M. Asrori, Christanto Syam, Pengembangan
strategi pengorganisasian pembelajaran pendidikan agama katolik untuk membentuk
sikap toleransi antaragama siswa, Jurnal UNTAN, 2018, FKIP Universitas
Tanjungpura, Pontianak, h.6
[19] George R. Terry
dan Leslie W. Rule, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,
h. 9.
[20] George R.
Terry, Guide to Menagement (Prinsip-prinsip Manajemen), terj. J.
Smith D.E.M Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 16.
[22] Malayu S.P.
Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian,
dan Masalah , Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h.241-242
[24] Hisyam, Zaini,
"Strategi Pembelajaran Aktif di Perguran Tinggi", Yogyakarta:
PT.CTSD, 2002, h.30
[25] Arikunto,
Suharsimi, Manajemen Pendidikan.,
Yogyakarta: Aditya Media F. Ilmu Pendidikan UNY, 2008, h. 4
[26] Tayar Yusuf,
Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, h. 209
[27] Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan,Yogyakarta: TERAS, 2009 ha. 45
[28] Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta; Kalam Mulia, 2002, h. 195
[29] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 2001,
h.10-11.
[30] Anas, Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, h. 76-81
[31] Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992, hal. 4
[32] Zainal
Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan islam
Departemen Agama RI, 2009, h. 10.
[34] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana
Prenada Group,
2005, h. 187-194.
[35] Mardia Hayati, Desain Pembelajara,
Desain Pembelajaran, Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2014 , h. 53
[36] Pupuh Fathurrohman & M. Sobry,
Sutekno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT Refika Aditama, 2010,
h. 127.